Design thinking menjadi salah satu konsep pemikiran yang digunakan oleh berbagai perusahaan terkemuka di dunia.
Apple, Moderna, IBM, hingga Nike telah menggunakan konsep Design Thinking dalam pengembangan produknya.
Bahkan berkat konsep Design Thinking, produk-produk yang mereka keluarkan mendapatkan penghargaan.
Baca juga:
- Manajer Keamanan Informasi: Tugas dan Prospek Karier di Era Digital
- Cara Prompting AI yang Efektif, Bisa Pakai ChatGPT
Design Thinking merupakan sebuah konsep yang bisa dimanfaatkan oleh semua orang. Dengan mengembangkan Design Thinking, maka pemecahan masalah akan menjadi lebih mudah.
Design Thinking juga akan membantu menghasilkan perubahan yang nyata dan bertahan lama dalam sebuah perusahaan.
Jika ingin mengimplementasikan Design Thinking, maka ada keterampilan yang perlu dipahami, apa saja? Dilansir dari Harvard Business Review, berikut beberapa keterampilan yang perlu dipahami untuk mengimplementasikan Design Thinking:
1. Kecerdasan emosional
Kecerdasan emosional wajib dikuasai oleh siapapun yang ingin mengimplementasikan Design Thinking.
Kecerdasan emosional perlu dikuasai sebab Design Thinking akan memaksa kita untuk berempati pada pengguna. Kita perlu memahami apa yang menjadi keinginan pengguna dan tantangan yang mereka hadapi.
Tanpa empati, maka fase lain dalam Design Thinking tidak bisa dipenuhi.
Selain empati, kemampuan kecerdasan emosi lainnya yang penting adalah kesadaran diri dan motivasi.
2. Membangun konsensus
Pada fase awal Design Thinking, penting bagi semua anggota tim membangun konsensus untuk penyelesaian masalah yang sedang dihadapi.
Tim harus mendefinisikan siapa pengguna produk, untuk apa masalah dipecahkan, bagaimana definisi kesuksesan, dan lain-lain.
Tanpa konsensus ini, maka seluruh proses Design Thinking akan berjalan lambat ataupun gagal.
Dengan membangun konsensus, tim dapat memastikan proyek terus bergerak sesuai dengan apa yang sudah disepakati.
Jika tidak menemukan konsensus, maka perlu dilakukan Problem Framing. Problem Framing sering digunakan dalam Design Thinking saat tim tidak setuju dengan solusi yang akan ditawarkan.
Problem Framing mengharuskan tim untuk mundur selangkah dan melihat ulang masalah yang sedang dicoba diselesaikan.
Problem Framing akan memberikan kejelasan pada anggota tim untuk kemudian membangun konsensus pada masalah yang akan diselesaikan.
Baca juga:
- 5 Area Fokus Tata Kelola TI (IT Governance Decision Domains)
- 4 Tren Teknologi yang Diprediksi Akan Banyak Digunakan di Masa Depan
3. User Research
User Research dilakukan dengan memahami pengguna produk atau layanan untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik terkait masalah yang mereka hadapi, tujuan, dan kriteria unik yang akan mereka gunakan untuk mengidentifikasi solusi.
Melalui User Research ini, tim bisa mulai berempati pada pengguna kemudian mendefinisikan dan membingkai masalah hingga menemukan solusi yang ideal.
Beberapa metode yang bisa digunakan dalam User Research antara lain: survei pengguna, wawancara pengguna, hingga pengamatan langsung.
4. Journey Mapping
Journey Mapping adalah proses memetakan perjalanan pelanggan saat memilih solusi untuk masalah yang sedang mereka hadapi, bergantung pada apa yang mereka lihat, rasakan, dan pikirkan.
Dalam Journey Mapping terdapat tiga tahap yakni:
- Awareness atau kesadaran terkait masalah, tantangan, dan peluang namun belum tahu bagaimana mendefinisikannya.
- Consideration atau pertimbangan terkait pilihan yang berbeda untuk menyelesaikan sebuah masalah yang ada.
- Deciding atau memutuskan cara yang terbaik untuk menyelesaikan permasalahan dari pengguna.
5. Brainstorming
Dalam Design Thinking, yang perlu dilakukan adalah mengambil semua informasi yang telah dikumpulkan melalui User Research, Journey Mapping, dan empati dan menggunakannya untuk memikirkan solusi.
Kemampuan brainstorming adalah salah satu cara untuk menemukan solusi potensial dengan kreatif.